Peraturan Menteri No. 38 Tahun 2018

 

 

MENTERI  ENERGI DAN SUMBER  DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

 

 

 

 

 

 

PERATURAN MENTERI  ENERGI  DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR  38   TAHUN   2018

 

TENTANG

 

TATA CARA AKREDITASI  DAN SERTIFIKASI  KETENAGALISTRIKAN DENGAN  RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER!  ENERGI  DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

 

 

 

 

 

Menimbang        a.    bahwa untuk peningkatan dan penyesuaian terhadap perkembangan    dan    kebutuhan     dalam    pelayanan akreditasi   dan  sertifikasi  di   bidang  ketenagalistrikan, perlu    mengatur   kembali   tata   cara   akreditasi    dan sertifikasi  ketenagalistrikan   sebagaimana diatur  dalam Peraturan   Menteri   Energi   dan  Sumber   Daya   Mineral Nomor 05 Tahun 2014  tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan sebagaimana telah diubah dengan  Peraturan   Menteri   Energi  dan   Sumber   Daya Mineral  Nomor  10 Tahun  2016 tentang  Perubahan  atas Peraturan  Menteri   Energi   dan   Sumber   Daya  Mineral Nomor 05 Tahun  2014 tentang  Tata  Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan;

b.      bahwa tata  cara   pembubuhan tanda  Standar   Nasional

 

Indonesia  dan  tanda  keselamatan  sebagaimana  diatur dalam   Peraturan   Menteri   Energi   dan   Sumber   Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2005  tentang Tata Cara Pembubuhan  Tanda SNI  dan Tanda Keselamatan,  perlu

 

 

 

 

dilakukan penyesuaian mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan terbaru;

c.     bahwa     berdasarkan     pertimbangan     sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 14   Tahun   2012   tentang   Kegiatan   Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14

Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pasal 14 ayat (4), Pasal 15 ayat (3), Pasal 19 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan;

 

 

Mengingat      :  1.    Undang-Undang    Nomor    30    Tahun    2009    tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

2.    Undang-Undang    Nomor    3    Tahun    2014    tentang Perindustrian   (Lembaran   Negara   Republik  Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);

3.    Undang-Undang    Nomor    7    Tahun    2014    tentang Perdagangan   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512);

4.    Undang-Undang    Nomor    20    Tahun    2014    tentang Standardisasi   dan   Penilaian   Kesesuaian   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5584);

 

5.    Undang-Undang    Nomor    23    Tahun    2014    tentang Pemerintahan    Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara  Republik  Indonesia  Nomor  5587)  sebagaimana

 

 

 

 

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6.    Peraturan  Pemerintah  Nomor  14  Tahun  2012  tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara   Republik  Indonesia  Tahun  2012  Nomor  28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5281)   sebagaimana   telah  diubah  dengan  Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan  Pemerintah  Nomor  14  Tahun  2012 tentang         Kegiatan   Usaha   Penyediaan   Tenaga   Listrik (Lembaran        Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2014

Nomor   75,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik

 

Indonesia Nomor 5530);

 

7.    Peraturan  Pemerintah  Nomor  62  Tahun  2012  tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5326);

8.    Peraturan  Presiden  Nomor  68  Tahun  2015  tentang Kementerian                    Energi    dan    Sumber    Daya    Mineral (Lembaran                    Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2015

Nomor 132) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden  Nomor  105  Tahun  2016  tentang  Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2016

Nomor 289);

 

9.    Peraturan  Menteri  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);

10.  Peraturan  Menteri  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral Nomor 46 Tahun 2017 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1032);

 

 

 

 

MEMUTUSKAN:

 

Menetapkan   :  PERATURAN   MENTERI   ENERGI   DAN   SUMBER   DAYA MINERAL TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN.

 

 

BAB I KETENTUAN UMUM

 

 

Pasal 1

 

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

 

1.    Akreditasi    adalah    rangkaian    kegiatan    pemberian pengakuan                    formal  yang  menyatakan  suatu  lembaga sertifikasi  telah  memenuhi  persyaratan  untuk melakukan kegiatan sertifikasi.

2.    Tenaga   Teknik   Ketenagalistrikan   yang   selanjutnya disebut                Tenaga    Teknik    adalah    perorangan    yang berpendidikan   di   bidang   teknik   dan/atau   memiliki pengalaman kerja di bidang ketenagalistrikan.

3.    Asesor   Ketenagalistrikan   yang   selanjutnya   disebut Asesor adalah Tenaga Teknik yang memiliki kompetensi untuk  melaksanakan  asesmen  sesuai  dengan  bidang yang diuji.

4.    Sertifikasi  Instalasi  Tenaga  Listrik  adalah  serangkaian kegiatan                pemeriksaan  dan  pengujian  serta  verifikasi instalasi tenaga listrik untuk memastikan suatu instalasi tenaga listrik telah berfungsi sebagaimana kesesuaian persyaratan     yang   ditentukan   dan   dinyatakan   siap dioperasikan.

5.    Sertifikasi  Kompetensi  Tenaga  Teknik  adalah  proses penilaian                   untuk    mendapatkan    pengakuan    formal terhadap                   klasifikasi    kompetensi     dan    kualifikasi kompetensi Tenaga Teknik pada usaha ketenagalistrikan.

6.    Sertifikasi  Kompetensi  Asesor  adalah  proses  penilaian untuk              mendapatkan    pengakuan    formal    terhadap klasifikasi kompetensi dan kualifikasi kompetensi Asesor pada usaha ketenagalistrikan.

 

 

 

 

7.    Sertifikasi Badan Usaha adalah proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan formal terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas kemampuan badan usaha di bidang usaha jasa penunjang tenaga listrik.

8.    Sertifikasi  Produk  Ketenagalistrikan  yang  selanjutnya disebut                Sertifikasi    Produk    adalah    kegiatan    yang berkaitan                  dengan  pemberian  jaminan  tertulis  suatu produk peralatan atau pemanfaat tenaga listrik telah memenuhi      standar   dan/atau   telah   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9.    Lembaga Inspeksi Teknik Tenaga Listrik adalah badan usaha yang melakukan usaha jasa penunjang tenaga listrik di bidang pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga        listrik   yang   diberi   hak   untuk   melakukan Sertifikasi   Instalasi  Tenaga  Listrik,  kecuali  instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah.

10.  Lembaga  Inspeksi  Teknik   Tegangan   Rendah  adalah badan usaha yang melakukan usaha jasa penunjang tenaga listrik di bidang pemeriksaan dan pengujian instalasi  pemanfaatan  tenaga  listrik  tegangan  rendah yang diberi hak untuk melakukan sertifikasi instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah.

11.  Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik adalah badan usaha yang melakukan usaha jasa penunjang tenaga  listrik  di  bidang  Sertifikasi  Kompetensi Tenaga Teknik yang diberi hak untuk melakukan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik.

12. Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor adalah badan usaha yang melakukan usaha jasa penunjang tenaga listrik di bidang Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik yang diberi hak untuk melakukan Sertifikasi Kompetensi Asesor.

13.  Lembaga Sertifikasi Badan Usaha adalah badan usaha yang melakukan usaha jasa penunjang tenaga listrik di bidang Sertifikasi Badan Usaha jasa penunjang tenaga listrik yang  diberi  hak  untuk  melakukan  Sertifikasi Badan Usaha.

 

 

 

 

14.  Lembaga Sertifikasi Produk adalah badan usaha yang melakukan usaha jasa penunjang tenaga listrik di bidang Sertifikasi  Produk  untuk  peralatan  tenaga listrik atau pemanfaat tenaga listrik.

15.  Lembaga Pemerintah adalah lembaga milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang mempunyai tugas untuk melaksanakan Sertifikasi Instalasi Tenaga Listrik, Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik, Sertifikasi Kompetensi Asesor, Sertifikasi Badan Usaha, dan/atau Sertifikasi Produk.

16.  Sertifikat Laik Operasi adalah bukti pengakuan formal suatu              instalasi     tenaga     listrik     telah     berfungsi sebagaimana kesesuaian persyaratan yang ditentukan dan dinyatakan siap dioperasikan.

17. Sertifikat Kompetensi adalah bukti pengakuan formal terhadap                 klasifikasi  dan  kualifikasi  atas  kompetensi Tenaga Teknik dan Asesor di bidang ketenagalistrikan.

18.  Sertifikat Badan Usaha adalah bukti pengakuan formal terhadap                 kesesuaian  klasifikasi  dan  kualifikasi  atas kemampuan usaha di bidang usaha jasa penunjang tenaga listrik.

19. Sertifikat Produk adalah sertifikat kesesuaian berupa keterangan tertulis yang diberikan untuk menyatakan suatu peralatan atau pemanfaat tenaga listrik telah memenuhi persyaratan acuan.

20. Penilaian Kesesuaian adalah kegiatan untuk menilai bahwa  suatu   produk   telah   memenuhi   persyaratan acuan.

21.  Skema  Penilaian  Kesesuaian  adalah  aturan,  prosedur, dan         manajemen  yang  berlaku  untuk  melaksanakan Penilaian Kesesuaian terhadap produk dengan persyaratan acuan.

22. Tanda Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnya disebut Tanda   SNI   adalah   tanda   sertifikasi   yang ditetapkan      oleh  Badan  Standarisasi  Nasional  untuk menyatakan                telah  terpenuhinya  persyaratan  Standar Nasional Indonesia.

 

 

 

 

23.  Tanda Kesesuaian adalah tanda sertifikasi selain Tanda SNI yang ditetapkan kementerian dan/atau lembaga pemerintah                         nonkementerian       atau       ditetapkan berdasarkan perjanjian  saling  pengakuan  antar  subjek hukum internasional.

24. Penanggung  Jawab  Teknik  adalah  Tenaga  Teknik bersertifikat                         kompetensi    yang    ditetapkan    sebagai penanggung                      jawab  teknik  oleh  badan  usaha  untuk memastikan telah memenuhi persyaratan sistem mutu.

25.  Surveilen adalah kegiatan pemantauan secara periodik untuk menilai kinerja lembaga sertifikasi dan pemegang sertifikat.

26.  Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagalistrikan.

27. Direktur  Jenderal  adalah  direktur  jenderal  yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengusahaan,     keteknikan,   keselamatan   kerja,   dan lingkungan di bidang ketenagalistrikan.

 

 

Pasal 2

 

Peraturan  Menteri  ini  mengatur  ketentuan  mengenai  tata cara:

a.     Akreditasi ketenagalistrikan untuk usaha jasa penunjang tenaga listrik yang meliputi Lembaga Inspeksi Teknik Tenaga Listrik, Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan Rendah, Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik, Lembaga        Sertifikasi    Kompetensi    Asesor,    Lembaga Sertifikasi      Badan   Usaha,   dan   Lembaga   Sertifikasi Produk; dan

b.    sertifikasi  ketenagalistrikan  yang  meliputi  Sertifikasi Instalasi  Tenaga  Listrik,  Sertifikasi  Instalasi  Tenaga Listrik Tegangan Rendah, Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik, Sertifikasi Kompetensi Asesor, Sertifikasi Badan Usaha, dan Sertifikasi Produk.

 

 

 

 

Pasal 3

 

Usaha jasa penunjang tenaga listrik meliputi:

 

a.     konsultansi  dalam  bidang  instalasi  penyediaan  tenaga listrik;

b.    pembangunan  dan  pemasangan  instalasi  penyediaan tenaga listrik;

c.    pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;

 

d.    pengoperasian instalasi tenaga listrik; e.    pemeliharaan instalasi tenaga listrik; f.     penelitian dan pengembangan;

g.    pendidikan dan pelatihan;

 

h.    laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;

i.     sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;

 

j.     Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik; dan k.    Sertifikasi Badan Usaha.

 

 

BAB II

 

AKREDITASI KETENAGALISTRIKAN

 

 

 

Bagian Kesatu

 

Lembaga Sertifikasi

 

 

 

Pasal 4

 

(1)   Lembaga sertifikasi, terdiri atas:

 

a.  Lembaga Inspeksi Teknik Tenaga Listrik;

 

b.  Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan Rendah;

 

c.  Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik;

 

d.  Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor;

 

e.  Lembaga Sertifikasi Badan Usaha; dan f.   Lembaga Sertifikasi Produk.

(2)   Lembaga  sertifikasi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat

 

(1), dapat berupa Lembaga Pemerintah.

 

(3)   Lembaga sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dan ayat (2), wajib mendapatkan Akreditasi dari Menteri.

 

 

 

 

(4)   Lembaga Sertifikasi Produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) haruf f, wajib mendapatkan Akreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5)   Sebelum mendapatkan Akreditasi dari Menteri, lembaga sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf e, harus mendapatkan penunjukan dari Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.

 

 

Pasal 5

 

(1)   Usaha jasa pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, dilaksanakan oleh pemegang izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang telah mendapatkan penetapan melalui Akreditasi dari Menteri sebagai lembaga inspeksi teknik.

(2)   Lembaga    inspeksi    teknik    Akreditasi    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:

a.    Lembaga Inspeksi Teknik Tenaga Listrik Akreditasi;

 

dan

 

b.    Lembaga    Inspeksi    Teknik    Tegangan    Rendah

 

Akreditasi.

 

(3)   Lembaga   Inspeksi   Teknik   Tenaga   Listrik   Akreditasi sebagaimana                        dimaksud    pada    ayat    (2)    huruf    a, melaksanakan                        sertifikasi  instalasi  penyediaan  tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah.

(4)   Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan Rendah Akreditasi sebagaimana                        dimaksud   pada   ayat   (2)   huruf   b, melaksanakan  sertifikasi  instalasi  pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah.

 

 

Pasal 6

 

(1)   Usaha jasa sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf i, harus mendapatkan penugasan atau penunjukan, dan memiliki izin usaha jasa penunjang tenaga listrik dari Menteri melalui Direktur Jenderal.

 

 

 

 

(2)   Lembaga Sertifikasi Produk sebagaimana dimaksud pada ayat      (1)  melaksanakan  Sertifikasi  Produk  peralatan dan/atau         pemanfaat  tenaga  listrik  yang  persyaratan acuannya diberlakukan secara wajib sesuai dengan ketentuan             peraturan   perundang-undangan   mengenai pemberlakuan standar wajib di bidang ketenagalistrikan.

 

 

Pasal 7

 

(1)   Usaha   jasa   Sertifikasi   Kompetensi   Tenaga   Teknik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf j, dilaksanakan oleh pemegang izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang telah mendapatkan penetapan melalui Akreditasi dari  Menteri  sebagai  Lembaga  Sertifikasi Kompetensi.

(2)   Lembaga Sertifikasi Kompetensi Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:

a.    Lembaga   Sertifikasi   Kompetensi   Tenaga   Teknik

 

Akreditasi; dan

 

b.    Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor Akreditasi.

 

(3)   Lembaga     Sertifikasi     Kompetensi     Tenaga     Teknik Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, melaksanakan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik.

(4)   Lembaga   Sertifikasi   Kompetensi   Asesor   Akreditasi sebagaimana                        dimaksud   pada   ayat   (2)   huruf   b, melaksanakan Sertifikasi Kompetensi Asesor.

 

 

Pasal 8

 

(1)   Usaha   jasa   Sertifikasi   Badan   Usaha   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf k, dilaksanakan oleh pemegang izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang telah mendapatkan penetapan melalui Akreditasi dari Menteri sebagai Lembaga Sertifikasi Badan Usaha.

(2)   Lembaga      Sertifikasi      Badan      Usaha      Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melaksanakan Sertifikasi Badan Usaha jasa penunjang tenaga listrik.

 

 

 

 

Bagian Kedua

 

Persyaratan Lembaga Sertifikasi Akreditasi

 

 

 

Pasal 9

 

(1)  Untuk  mendapatkan  Akreditasi  sebagai  lembaga sertifikasi,            pemegang   izin   usaha   jasa   penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8, dan   Lembaga     Pemerintah,     harus     mengajukan permohonan Akreditasi kepada Menteri melalui Direktur Jenderal.

(2)    Permohonan  Akreditasi  sebagaimana  dimaksud  pada ayat       (1),   diajukan  oleh   pemegang   izin  usaha  jasa penunjang      dan      Lembaga      Pemerintah      dengan menggunakan format tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian  tidak  terpisahkan  dari  Peraturan Menteri ini.

(3)    Permohonan  Akreditasi  sebagaimana  dimaksud  pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis.

 

 

Paragraf 1

 

Lembaga Inspeksi Teknik Tenaga Listrik

 

 

 

Pasal 10

 

(1)   Permohonan Akreditasi untuk Lembaga Inspeksi Teknik Tenaga Listrik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.    Persyaratan administratif, meliputi:

 

1.    akta pendirian badan usaha;

 

2.    penetapan badan usaha sebagai badan hukum;

 

3.    nomor pokok wajib pajak;

 

4.    Sertifikat Badan Usaha;

 

5.    izin usaha jasa penunjang tenaga listrik; dan

 

6.    laporan keuangan yang diaudit kantor akuntan publik.

 

 

 

 

b.    Persyaratan teknis, meliputi:

 

1.    struktur organisasi;

 

2.    surat  pernyataan  yang  menyatakan  pemilik atau pengurus badan usaha tidak memiliki afiliasi dengan pelaksana jasa pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik;

3.    Penanggung   Jawab   Teknik   yang   memiliki Sertifikat                   Kompetensi    dengan    kualifikasi kompetensi paling rendah level 3 (tiga) sesuai subbidang usaha;

4.    Tenaga    Teknik    yang    memiliki    Sertifikat Kompetensi                      dengan   kualifikasi   kompetensi paling rendah level 2 (dua) sesuai subbidang usaha;

5.    sertifikat   sistem   manajemen   mutu   sesuai dengan Standar Nasional Indonesia ISO9001 series;

6.    pedoman   pelaksanaan   Sertifikasi   Instalasi

 

Tenaga Listrik;

 

7.    memiliki sistem informasi Sertifikasi Instalasi Tenaga Listrik yang terintegrasi dengan sistem informasi   Direktorat               Jenderal Ketenagalistrikan;

8.    peralatan uji yang dimiliki dan/atau perjanjian kerja sama penggunaan peralatan uji; dan

9.    telah   menjalankan   masa   penunjukan   dari Menteri atau gubernur paling sedikit 6 (enam) bulan        dan   dalam   masa   penunjukan   telah melaksanakan     paling    sedikit    6    (enam) Sertifikasi Instalasi Tenaga Listrik untuk setiap subbidang    sesuai    dengan    ruang    lingkup penunjukan yang dimiliki.

(2)   Dalam   hal   terdapat   perubahan   Penanggung   Jawab Teknik dan Tenaga Teknik, persyaratan teknis selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus dilengkapi dengan daftar perubahan Penanggung Jawab Teknik dan Tenaga Teknik.

 

 

 

 

Pasal 11

 

Dalam hal permohonan Akreditasi sebagai Lembaga Inspeksi Teknik Tenaga Listrik diajukan oleh Lembaga Pemerintah, persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 ayat (1) huruf a angka 1, angka 2, angka 4, dan angka 5 dapat dipenuhi dengan dokumen lain yang setara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 

 

Paragraf 2

 

Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan Rendah

 

 

 

Pasal 12

 

(1)   Permohonan Akreditasi untuk Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan Rendah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.    Persyaratan administratif, meliputi:

 

1.    akta pendirian badan usaha;

 

2.    penetapan badan usaha sebagai badan hukum;

 

3.    nomor pokok wajib pajak;

 

4.    izin usaha jasa penunjang tenaga listrik; dan

 

5.    laporan keuangan yang diaudit kantor akuntan publik.

b.    Persyaratan teknis, meliputi:

 

1.    struktur organisasi;

 

2.    surat  pernyataan  yang  menyatakan  pemilik atau pengurus badan usaha tidak memiliki afiliasi dengan pelaksana jasa pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik;

3.    memiliki kantor wilayah paling sedikit 2/3 (dua per        tiga)   dari   jumlah   daerah   provinsi   di Indonesia yang tersebar merata di bagian barat, bagian         tengah,    dan    bagian    timur    yang dibuktikan dengan surat keterangan domisili dari instansi yang berwenang;

 

 

 

 

4.    Penanggung   Jawab   Teknik   yang   memiliki Sertifikat                   Kompetensi    dengan    kualifikasi kompetensi paling rendah level 3 (tiga) sesuai subbidang usaha paling sedikit pada setiap kantor wilayah;

5.    Tenaga    Teknik    yang    memiliki    Sertifikat Kompetensi dengan kualifikasi kompetensi paling rendah level 2 (dua) sesuai subbidang usaha   paling   sedikit   pada   setiap   kantor wilayah;

6.    sertifikat   sistem   manajemen   mutu   sesuai dengan Standar Nasional Indonesia ISO9001 series;

7.    memiliki sistem informasi Sertifikasi Instalasi Tenaga Listrik yang terintegrasi dengan sistem informasi   Direktorat               Jenderal Ketenagalistrikan;

8.    pedoman    pelaksanaan    pemeriksaan    dan pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah; dan

9.    peralatan uji yang dimiliki dan/atau perjanjian kerja sama penggunaan peralatan uji.

(2)   Dalam   hal   terdapat   perubahan   Penanggung   Jawab Teknik dan Tenaga Teknik, persyaratan teknis selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus dilengkapi dengan daftar perubahan Penanggung Jawab Teknik dan Tenaga Teknik.

 

 

Pasal 13

 

Dalam hal permohonan Akreditasi sebagai Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan Rendah diajukan oleh Lembaga Pemerintah, persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

12 ayat (1) huruf a angka 1, angka 2, dan angka 4 dapat dipenuhi dengan dokumen lain yang setara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 

 

 

 

Paragraf 3

 

Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik

 

 

 

Pasal 14

 

(1)   Permohonan   Akreditasi   untuk   Lembaga   Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.    Persyaratan administratif, meliputi:

 

1.    akta pendirian badan usaha;

 

2.    penetapan badan usaha sebagai badan hukum;

 

3.    nomor pokok wajib pajak;

 

4.    Sertifikat Badan Usaha;

 

5.    izin usaha jasa penunjang tenaga listrik; dan

 

6.    laporan keuangan yang diaudit kantor akuntan publik.

b.    Persyaratan teknis, meliputi:

 

1.    struktur organisasi;

 

2.    surat      pernyataan/komitmen      manajemen puncak               untuk   menjaga   ketidakberpihakan dalam kegiatan sertifikasi;

3.    Penanggung   Jawab   Teknik   yang   memiliki Sertifikat                 Kompetensi  Asesor  sesuai  dengan klasifikasi                      kompetensi      dan      kualifikasi kompetensi paling rendah Asesor madya;

4.    Tenaga    Teknik    yang    memiliki    Sertifikat Kompetensi Asesor sesuai dengan klasifikasi kompetensi dan kualifikasi kompetensi paling rendah Asesor muda;

5.    sertifikat   sistem   manajemen   mutu   sesuai dengan Standar Nasional Indonesia ISO9001 series;

6.    pedoman  pelaksanaan  Sertifikasi  Kompetensi

 

Tenaga Teknik;

 

7.    memiliki      sistem      informasi      Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik yang terintegrasi dengan sistem informasi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan;

 

 

 

 

8.    tempat uji kompetensi yang dimiliki dan/atau perjanjian kerja sama penggunaan tempat uji kompetensi; dan

9.    telah   menjalankan   masa   penunjukan   dari Menteri atau gubernur paling sedikit 6 (enam) bulan        dan   dalam   masa   penunjukan   telah melaksanakan     paling    sedikit    6    (enam) Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik untuk setiap subbidang sesuai dengan ruang lingkup penunjukan yang dimiliki.

(2)   Dalam   hal   terdapat   perubahan   Penanggung   Jawab Teknik dan Tenaga Teknik, persyaratan teknis selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus dilengkapi dengan daftar perubahan Penanggung Jawab Teknik dan Tenaga Teknik.

 

 

Pasal 15

 

Dalam  hal  permohonan  Akreditasi  sebagai  Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik diajukan oleh Lembaga Pemerintah, persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a angka 1, angka 2, angka 4, dan  angka  5  dapat  dipenuhi  dengan  dokumen  lain  yang setara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

 

 

Paragraf 4

 

Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor

 

 

 

Pasal 16

 

(1)   Permohonan   Akreditasi   untuk   Lembaga   Sertifikasi Kompetensi Asesor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.    persyaratan administratif, meliputi:

 

1.    akta pendirian badan usaha;

 

2.    penetapan badan usaha sebagai badan hukum;

 

3.    nomor pokok wajib pajak;

 

 

 

 

4.    Sertifikat Badan Usaha;

 

5.    izin usaha jasa penunjang tenaga listrik; dan

 

6.    laporan keuangan yang diaudit kantor akuntan publik.

b.    persyaratan teknis, meliputi:

 

1.    struktur organisasi;

 

2.    surat      pernyataan/komitmen      manajemen puncak                untuk   menjaga   ketidakberpihakan dalam kegiatan sertifikasi;

3.    Penanggung   Jawab   Teknik   yang   memiliki Sertifikat                 Kompetensi  Asesor  sesuai  dengan klasifikasi                      kompetensi      dan      kualifikasi kompetensi Asesor utama;

4.    Tenaga    Teknik    yang    memiliki    Sertifikat Kompetensi Asesor sesuai dengan klasifikasi kompetensi dan kualifikasi kompetensi paling rendah Asesor muda;

5.    sertifikat   sistem   manajemen   mutu   sesuai dengan Standar Nasional Indonesia ISO9001 series;

6.    pedoman  pelaksanaan  Sertifikasi  Kompetensi

 

Asesor;

 

7.    memiliki       sistem       informasi       Sertifikasi Kompetensi Asesor yang terintegrasi dengan sistem         informasi      Direktorat      Jenderal Ketenagalistrikan;

8.    tempat uji kompetensi yang dimiliki dan/atau perjanjian kerja sama penggunaan tempat uji kompetensi; dan

9.    telah   menjalankan   masa   penunjukan   dari Menteri atau gubernur paling sedikit 6 (enam) bulan        dan   dalam   masa   penunjukan   telah melaksanakan     paling    sedikit    6    (enam) Sertifikasi       Kompetensi  Asesor  untuk  setiap subbidang    sesuai    dengan    ruang    lingkup penunjukan yang dimiliki.

 

 

 

 

(2)   Dalam   hal   terdapat   perubahan   Penanggung   Jawab Teknik dan Tenaga Teknik, persyaratan teknis selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus dilengkapi dengan daftar perubahan Penanggung Jawab Teknik dan Tenaga Teknik.

 

 

Pasal 17

 

Dalam  hal  permohonan  Akreditasi  sebagai  Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor diajukan oleh Lembaga Pemerintah, persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a angka 1, angka 2, angka 4, dan  angka  5  dapat  dipenuhi  dengan  dokumen  lain  yang setara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

 

 

Paragraf 5

 

Lembaga Sertifikasi Badan Usaha

 

 

 

Pasal 18

 

(1)   Permohonan Akreditasi untuk Lembaga Sertifikasi Badan

 

Usaha harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 

a.    persyaratan administratif, meliputi:

 

1.    akta pendirian badan usaha;

 

2.    penetapan badan usaha sebagai badan hukum;

 

3.    nomor pokok wajib pajak;

 

4.    izin usaha jasa penunjang tenaga listrik; dan

 

5.    laporan keuangan yang diaudit kantor akuntan publik.

b.    persyaratan teknis, meliputi:

 

1.    struktur organisasi;

 

2.    surat      pernyataan/komitmen      manajemen puncak               untuk   menjaga   ketidakberpihakan dalam kegiatan sertifikasi;

3.    memiliki paling sedikit 1 (satu) kantor wilayah yang           masing-masing   berada   di   Indonesia bagian barat, bagian tengah, dan bagian timur untuk usaha jasa Sertifikasi Badan Usaha yang

 

 

 

 

lingkup akreditasinya pada jenis usaha konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga listrik, pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik, pengoperasian instalasi tenaga listrik, pemeliharaan instalasi tenaga listrik, atau Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik yang dibuktikan dengan surat keterangan    domisili    dari    instansi    yang

berwenang;


 

4.    memiliki kantor wilayah paling sedikit 2/3 (dua per        tiga)  pada  provinsi  yang  berbeda  dari jumlah        daerah   provinsi   di   Indonesia   yang tersebar merata di bagian barat, bagian tengah, dan bagian timur untuk usaha jasa Sertifikasi Badan Usaha yang lingkup akreditasinya pada jenis  usaha  pembangunan  dan  pemasangan

instalasi   penyediaan   tenaga   listrik   
yang

 

dibuktikan dengan surat keterangan domisili dari instansi yang berwenang;

5.    Penanggung   Jawab   Teknik   yang   memiliki Sertifikat                 Kompetensi   Asesor   badan   usaha dengan kualifikasi kompetensi Asesor badan usaha paling rendah madya paling sedikit pada setiap kantor wilayah;

6.    Tenaga    Teknik    yang    memiliki    Sertifikat Kompetensi                      Asesor   badan   usaha   dengan kualifikasi kompetensi paling rendah Asesor badan usaha muda paling sedikit pada setiap kantor wilayah;

7.    sertifikat   sistem   manajemen   mutu   sesuai dengan Standar Nasional Indonesia ISO9001 series;

8.    memiliki  sistem  informasi  Sertifikasi  Badan Usaha               yang    terintegrasi    dengan    sistem informasi               Direktorat               Jenderal Ketenagalistrikan;

 

 

 

 

9.    pedoman pelaksanaan Sertifikasi Badan Usaha;

 

dan

 

10. telah menjalankan masa penunjukan dari Menteri  paling  sedikit  6  (enam)  bulan  dan dalam masa penunjukan telah melaksanakan paling sedikit 6 (enam) Sertifikasi Badan Usaha untuk setiap ruang lingkup penunjukan yang dimiliki.

(2)   Dalam   hal   terdapat   perubahan   Penanggung   Jawab Teknik dan Tenaga Teknik, persyaratan teknis selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus dilengkapi dengan daftar perubahan Penanggung Jawab Teknik dan Tenaga Teknik.

 

 

Pasal 19

 

Dalam  hal  permohonan  Akreditasi  sebagai  Lembaga Sertifikasi Badan Usaha diajukan oleh Lembaga Pemerintah, persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 ayat (1) huruf a angka 1, angka 2, angka 4, dan angka 5 dapat dipenuhi dengan dokumen lain yang setara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 

 

Pasal 20

 

(1)   Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

 

10 ayat (1) huruf b angka 2 dan Pasal 12 ayat (1) huruf b angka 2, menggunakan format tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2)   Surat     pernyataan/komitmen     manajemen     puncak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 2, Pasal 16 ayat (1) huruf b angka 2, dan Pasal 18 ayat (1)   huruf   b   angka   2,   menggunakan   format tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 

 

 

 

Paragraf 6

 

Lembaga Sertifikasi Produk

 

 

 

Pasal 21

 

Persyaratan Akreditasi untuk Lembaga Sertifikasi Produk dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

 

 

Bagian Ketiga

 

Pelaksanaan Akreditasi

 

 

 

Pasal 22

 

(1)   Pelaksanaan Akreditasi dilakukan oleh Direktur Jenderal berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

(2)   Kegiatan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan melakukan penilaian kecukupan dan kesesuaian dokumen persyaratan permohonan.

(3)   Untuk memastikan kecukupan dan kesesuaian dokumen persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), Direktur Jenderal dapat melakukan verifikasi lapangan.

(4)   Berdasarkan hasil pelaksanaan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal atas nama Menteri     memberikan    penetapan    atau    penolakan permohonan Akreditasi.

 

 

Pasal 23

 

(1)   Dalam  pelaksanaan  Akreditasi  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 22, Direktur Jenderal dapat membentuk panitia akreditasi ketenagalistrikan.

(2)   Panitia     akreditasi     ketenagalistrikan     sebagaimana dimaksud                   pada   ayat   (1),   berjumlah   ganjil   dengan susunan kepanitiaan terdiri atas:

a.    ketua merangkap anggota;

 

b.    sekretaris merangkap anggota; dan c.    anggota.

 

 

 

 

(3)   Panitia     akreditasi     ketenagalistrikan     sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh sekretariat.

(4)   Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat ditugaskan sebagai tim penilai untuk melaksanakan verifikasi lapangan.

 

 

Pasal 24

 

(1)   Tim penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4) bersifat ad hoc, berjumlah paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling banyak 5 (lima) orang.

(2)   Ketua panitia akreditasi ketenagalistrikan menunjuk 1 (satu) orang dari tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai ketua tim penilai dengan kualifikasi kompetensi paling rendah Asesor badan usaha madya.

(3)   Tim   penilai   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) melaporkan hasil penilaian kepada panitia akreditasi ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1).

 

 

Pasal 25

 

(1)   Direktur   Jenderal   atas   nama   Menteri   menetapkan pemberian atau penolakan permohonan Akreditasi paling lama    30  (tiga  puluh)  hari  kerja  sejak  permohonan diterima secara lengkap dan benar.

(2)   Pemberian     penetapan     permohonan     sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pemberian sertifikat Akreditasi.

(3)   Sertifikat Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada format tercantum dalam Lampiran IV yang     

PT LINTAS PRIMA ENERGI

GEDUNG AKLI Jln. KH. Abdullah Syafe'ie No. 36 G,
Lapangan Roos, Tebet
Jakarta Selatan 12840

Phone : 021 83795355
Email : admin@lintasprima.com
KEGIATAN
Inspeksi
Layanan SLO
Permohonan SLO
Logistic
Audit dan Inspeksi
Human Resource Development and Resources